Pilgub Jateng 2008 Dibawah Bayang-Bayang Semarak Euro2008 |
Oleh Wagino |
Rabu, 11 Juni 2008 23:36 |
Tanpa disadari atau tidak fenomena demam Euro2008 lebih kental ketimbang Pilgub Jateng 2008 yang berimbas pada kurang gregetnya Pilgub. Lihat saja, hampir setiap saat entah itu di warung kopi, kafe, restoran, sekolah bahkan di lingkungan tempat kerja sekalipun, semuanya seperti larut dalam magis Euro2008. Mereka tak henti-hentinya membicarakan serunya pertandingan sepakbola piala Eropa yang digelar empat tahun sekali. Terlebih disaat tim kesayangannya menang, tentu tidak habis-habisnya mengelu-elukan. Bahkan tidak jarang yang terlibat saling ejek bila tim kesayangannya baru akan bertanding maupun usai bertanding. Pilgub seakan tenggelam oleh hangar-bingarnya Euro 2008. Sebagian masyarakat seakan lebih tertarik membicarakan Euro2008 ketimbang bicara seputar Pilgub. Pendek kata perhatian lebih tertuju pada Euro 2008. Yang lebih memprihatinkan lagi banyak warga di pedesaan yang belum mengetahui Pilgub bahkan calonnya seperti apa. Itulah gambaran hasil pantauan CilacapMedia.com. Berbagai alasan dilontarkan warga ketika ditanya seputar Pilgub. Warto (30) warga Desa Adiraja, menuturkan, apapun hasilnya Pilgub juga tidak banyak berpengaruh pada kehidupannya. “Sekarang mah enakan nonton bola, nanti pas coblosan ya datang. Sekarang saya nggak mau pusing mikirin Pilgub, toh urusan cari makan kita harus nyari sendiri,” tuturnya. Lain lagi alasan Iyus, salah seorang karyawan disalah satu perusahaan di Kota Cilacap. Kata dia, Pilgub Jateng 2008 tidak berbeda jauh dengan Pilkada Cilacap 2007, yang akan menikmati kemenangan paling hanya kalangan atas saja bersama tim sukses. Menurutnya, sudah menjadi lagu lama, saat kampanye janjinya manis, begitu menang ya bablas. “Pilgub sama Pilkada ya sama saja. Giliran sudah menang yang menikmati ya hanya kalangan tertentu saja. Mau cari kerja saja susahnya minta ampun. Nonton Euro2008 si enak buat hiburan, kampanye Pilgub biar diurus tim sukses” ujarnya. Ny. Sulasmi (45) warga Jeruklegi mengatakan, kalah menang tetap saja harga kebutuhan pokok rumah tangga mahal. “Uang susah dicari, giliran sudah dapet untuk beli beras saja nggak cukup,” katanya. Benarkah masyarakat kini cenderung tidak peduli lagi dengan adanya Pilgub atau Pilkada, karena mereka tidak paham sebenarnya pesta demokrasi lima tahunan itu untuk siapa? Ataukah akibat minimnya sosialisasi Pilgub sehingga gregetnya kalah dibanding Euro 2008? |