Dengan Idul Fitri Mari Kita Saling Memaafkan |
![]() |
Selasa, 23 Agustus 2011 10:34 |
Pengaruh Idul Fitri terhadap kehidupan bermasyarakat Indonesia luar biasa; mengesankan, mendalam, sarat kemanusiaan yang beriman. Berbondong-bondong warga mudik. Mereka bersilaturahim dengan orangtua, saudara, dan tetangga. Memperbarui dan menyegarkan hubungan persaudaraan dengan hati lega. Hati lega penuh syukur karena Idul Fitri dirayakan setelah kaum Muslim berpuasa sebulan penuh. Memusatkan kehidupan kepada Allah, menghayati persaudaraan dan setia kawan dengan sesama. Melalui doa, silaturahim, zakat fitrah, dan sedekah. Harus kita katakan, alangkah beruntungnya bangsa yang tengah dililit banyak masalah ini dengan momentum Idul Fitri. Ia menjadi oasis atau setidaknya waktu jeda dari banyak urusan. Fokus kita hanya satu: menyambut dan merayakannya dengan keikhlasan. Karena itu, Idul Fitri tetap menjadi penantian penting, terlebih ketika kehidupan modern sering memberi kekosongan jiwa. Dalam Idul Fitri pintu maaf dibuka dan silaturahmi pun diberi penekanan amat tinggi. Dan, inilah yang kemudian menggerakkan sesama umat muslim untuk saling menyapa dalam sebuah pertemuan. Pertemuan dalam arti harfiah maupun simbolis. Mereka yang berada di perantauan menjadi amat penting untuk kembali ke kampung halaman masing-masing. Untuk bersilaturahmi dengan keluarga, dengan kerabat, dengan handai tolan. Menghidupkan kembali batin yang lelah karena kehidupan 'yang keras' agar menjadi kerinduan yang penuh arti persaudaraan. Kerinduan seperti inilah yang mengisi ruang-ruang batin kita yang kosong. Ia menjadi kebahagiaan yang tidak tergantikan.Idul Fitri atau Lebaran menjadi momentum sungguh penuh makna. Makna dalam banyak hal: religiositas, ritual, sosial, kultural, dan bahkan ekonomi. Dan, seluruh umat muslim Indonesia, besok, merayakan momentum yang sarat makna itu. Ditulis Oleh Suryo Pranoto Penulis adalah Pengurus Nahdlatul Ulama Tambakreja – Cilacap Selatan |