CILACAP, (CIMED) – Hobi memelihara burung merpati merupakan kesenangan tersendiri bagi sebagian orang Cilacap, dari dulu hingga sekarang tidak pernah meredup. Bahkan membentuk semacam komunitas dan membuat arena secara khusus menyerupai lapak tempat terbuka seperti di komplek lapangan eks Batalyon, PPSC dan tempat lain.
Para penggemar burung merpati jenis tinggian ini berasal dari beragam profesi, mulai dari pengusaha, karyawan dan buruh maupun yang murni peternak merpati, bahkan ada yang belum punya pekerjaan sama sekali. Aktifitas dilakukan hampir setiap hari mulai jam delapan pagi hingga jam sebelas siang, dilanjutkan jam tiga sore hingga jam setengah enam petang.
Tidak sedikit diantara penggemar burung merpati yang sering mengikuti lomba ketangkasan terbang tinggi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Bekasi dan Purwokerto.
Bayu Dwi Putranto, warga Jalan Anggrek salah seorang penggemar burung merpati kelompok Penggemar Burung Merpati Lapak Katamso (PBMLP) yang kerap mengikuti lomba diluar daerah menuturkan, saat ini di lapangan eks Batalyon sedikitnya terdapat 30 lapak yang hampir setiap hari ramai dikunjungi penonton yang sekedar menonton maupun ingin membeli. Terlebih jelang mendekati adanya lomba biasanya uji coba semakin sering.
Sebagian besar burung merpati yang digunakan oleh penggemar merpati ketinggian itu bukan jenis merpati biasa. Merpati jenis ini memiliki ketangkasan dalam terbang tinggi sehingga burung itu biasanya sudah sangat jinak dan terlatih.
Menurut Bayu, untuk bisa memelihara dan melatih burung merpati dibutuhkan kesabaran. “Disamping rajin melatih dan menguji dengan burung merpati tetangga lapak, untuk mengasah ketajaman harus sering mengikuti lomba,” tuturnya.
Merpati terbang tinggian, lanjut Bayu, diterbangkan dari suatu tempat yang terhalang rintangan sekalipun seperti pohon, rumah dan sebagainya dengan menempuh jarak hingga 5 kilometer. Jadi pasangannya tidak bisa saling melihat. Biasanya yang diterbangkan adalah jantannya, sedang betina pasangannya untuk “kleppek” atau pemancing pejantan saat mendekati lokasi.
“Burung merpati yang sudah biasa menempuh jarak sekitar 5 kilometer masuk kategori bintang. Burung merpati ini harganya sudah diatas Rp 1 juta, itu pun kalau dijual”, jelasnya.
Bayu mengaku, burung merpati miliknya yang harganya kisaran Rp 5 juta sering disewa untuk lomba maupun untuk kawin. Harga sewa mencapai Rp 1 juta untuk tiga kali bertelur. Saat ini Bayu memiliki 10 pasang merpati khusus diadu termasuk yang harganya mencapai Rp 5 juta dan 13 pasang merpati bibitan. Telur merpati milik bayu juga tergolong mahal, harga berkisar Rp 150 ribu hingga Rp 250 ribu per butir tergantung keturunan.
Sementara untuk perawatan Bayu memberikan makan berupa jagung, beras merah dan kacang hijau serta air minum yang dicampur dengan neo antiseptic yang berfungsi mencegah penyakit dan kutu. Selain itu juga diberikan suntikan vaksin tiap 3 bulan sekali. Setiap pagi harus dijemur di bawah sinar matahari.
“Jika mau lomba, malamnya harus dimandikan dengan sampo agar bulu-bulunya bersih dan terbangnya bagus,” ujar Bayu.
Bayu adalah satu diantara ratusan bahkan ribuan penggemar burung merpati ketinggian di Cilacap yang menyalurkan hobi sekaligus mengais rupiah dari merpati. Peminatnya dari tahun ke tahun terus meningkat.